10 Ciri Orang yang Berpikir Positif

Semua orang yang berusaha meningkatkan diri dan ilmu pengetahuannya
pasti tahu bahwa hidup akan lebih mudah dijalani bila kita selalu
berpikir positif. Tapi, bagaimana melatih diri supaya pikiran
positiflah yang �beredar� di kepala kita, tak banyak yang tahu. Oleh
karena itu, sebaiknya kita kenali saja dulu ciri-ciri orang yang
berpikir positif dan mulai mencoba meniru jalan pikirannya.

1. Melihat masalah sebagai tantangan
Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup
yang terlalu berat dan bikin hidupnya jadi paling sengsara sedunia.

2. Menikmati hidupnya
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan
besar hati, meski tak berarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup
yang lebih baik.

3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide
Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat
segala sesuatu lebih baik.

4. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas
di benak
�Memelihara� pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan
singa tidur. Sebetulnya tidak apa-apa, ternyata malah bisa
menimbulkan masalah.

5. Mensyukuri apa yang dimilikinya
Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya

6. Tidak mendengarkan gosip yang tak menentu
Sudah pasti, gosip berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu,
mendengarkan omongan yang tak ada juntrungnya adalah perilaku yang
dijauhi si pemikir positif.

7. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan
Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? Nah, mereka
ini jelas bukan penganutnya.

8. Menggunakan bahasa positif
Maksudnya, kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti Masalah
itu pasti akan terselesaikan, dan Dia memang berbakat.

9. Menggunakan bahasa tubuh yang positif
Di antaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan
gerakan tangan yang ekspresif, atau anggukan. Mereka juga berbicara
dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan �hidup�.

10. Peduli pada citra diri
Itu sebabnya, mereka berusaha tampil baik. Bukan hanya di luar, tapi
juga di dalam.

Pengaruh Al-qur’an terhadap Fisiologis dan Psikologis Manusia..

Dan kami turunkan Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan dalam Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim kecuali kerugian “ ( QS,Al – isra:82 ).

“ ALLAH telah menurunkan perkataan yang paling baik ( yaitu) Al-Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat ALLAH ……. “ ( QS : Az-zumar : 23 )

AL-QURAN adalah kalam ALLAH SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-qur’an adalah kitab suci yang diyakini kebenarannya, dan dijadikan salah satu sarat keimanan bagi setiap muslim. Dalam sejarah turunnya Al-quran: Ayat suci Al-quran diturunkan dikota Makkah dan dikota Madinah Munawarah. Menurut para ahli, kitab suci Al-quran terdiri dari 6236 ayat: tergolong dalam surat Makiyah sebanyak 1456 ayat dan surat Madaniyah sebanyak 4.780 ayat. Al-quran diwahyukan secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril . Pada sebuah kisah: untuk menjaga kesesuaian Al-quran, Malaikat Jibril pernah mendatangi Nabi Muhammad SAW, kemudian meminta untuk dibacakan ayat-ayat Al-quran yang pernah diturunkan kepadanya.

Maksud dan tujuan Al-quran diturunkan adalah untuk mengatur kepentingan hidup manusia, serta berfungsi sebagai petunjuk dan pembeda antara benar dan salah. Isi Al-quran sangat sesuai dengan kebutuhan hidup manusia, karena yang membuatNYA adalah Tuhan yang menciptakan dan mengatur manusia. Oleh karena itu sangat mustahil bahwa isi Al-quran kontraproduktif dengan sistem kehidupan manusia.

Bagi orang-orang yang zalim Al-quran tidak dapat mendatangkan kebermanfaatan hidup, bahkan menjadi sesuatu yang merugikan. Seperti dalam (QS Al-Isra : 82). “Dan kami turunkan dari Al-qur�an suatu yang menjadi Penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-qur�an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. Sejarah telah banyak membuktikan: bahwa kitab-kitab suci yang dibawa oleh para nabi / rasul selalu mendapatkan perlawanan dan pertentangan, baik dari masyarakat sekitarnya atau dari keluarga nabi sendiri

Bagi setiap muslim selayaknya isi Al-quran harus dijadikan tuntunan bukan tontonan. Ayat-ayat Al-quran hendaknya dapat dijadikan sebagai kompas kehidupan. Oleh karena itu bagi setiap muslim hukumnya wajib untuk: membaca, mempelajari dan mengajarkan Al-quran. Setiap ayat yang tertulis didalam Al-quran memiliki makna dan maksud yang berbeda. Apabila kita banyak membaca ayat-ayat Al-quran, maka kita akan makin banyak mendapatkan manfaat dan kebaikan.

Dalam konfrensi tahunan ke XVII Ikatan Dokter Amerika, di Sant Louis, wilayah Missuori AS, Dr Ahmad Al-Qadhi pernah melakukan presentasi tentang hasil penelitiannya (penelitian awal) dengan tema: pengaruh Al-quran pada manusia dalam prespektif fisiologi dan psikologi. Dia adalah seorang direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research yang berpusat di Amerika Serikat, sekaligus sebagai konsultan ahli sebuah klinik di Panama City, Florida AS.

Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan: untuk menentukan kemungkinan adanya pengaruh Al-qur’an pada fungsi organ tubuh manusia, sekaligus mengukur intensitas pengaruhnya jika memang ada. Tujuan kedua adalah efek relaksasi atau penurunan yang ditimbulkan oleh bacaan Al-qur’an pada ketegangan saraf refleksi beserta perubahan fisiologi yang mengirinya.

Penelitian ini melibatkan beberapa responden non muslim sebanyak 5 responden: 3 laki-laki dan 2 perempuan, usia mereka berkisar 18 tahun sampai 40 tahun. Para responden tersebut tidak mengerti bahasa arab, apalagi untuk membaca ayat suci Al-quran. Penelitian ini menggunakan: mesin pengukur yang berbasis komputer, Model MEDAQ 2002 (Medical Data Quotien) yang dilengkapi dengan Sofware, Komputer jenis Apple 2A dan sistem ditektor elektronik . Alat super canggih ini ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat kedokteran Universitas Boston dan perusahaan Davicom di Boston Amerika Serikat.

Sebelum penelitian dimulai, setiap responden dipasang empat jarum elektrikal pada masing anggota tubuh , kemudian dikoneksitaskan ke mesin pengukur yang berbasis komputer. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi gelombang elektromagnetik dan mengukur reaksi urat saraf reflektif pada masing organ tubuh responden . Seperti diketahui: bahwa tubuh manusia diliputi medan elektronmagnetik, berupa bias cahaya yang tidak terlihat. Medan cahaya ini sekarang dapat dipotret secara elektrik dengan Kirlian photography

Dalam penelitian dilakukan 210 kali eksperimen kepada lima responden. Para responden (dalam keadaan santai dan mata tertutup) diminta mendengarkan Al-quran sebanyak 85 kali eksperimen, bacaan teks berbahasa Arab sebanyak 85 kali eksperimen, dan pada 40 kali eksperimen berikutnya tidak mendengarkan bacaan apapun. Dalam mendengarkan bacaan Al-quran dan bacaan teks berbahasa arab responden dilantunkan dengan kesamaan instrumen dari aspek lafal, tatanan pengucapan dan melodi, sehingga responden tidak bisa membedakan keduanya, karena memang responden tidak bisa berbahasa arab.

Hasil penelitian tersebut adalah: menunjukan hasil positif bahwa mendegarkan bacaan ayat suci Al-quran memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif, dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah alat berbasis komputer.

Adapun pengaruh yang terjadi berupa: Adanya perubahan-perubahan arus listrik di otot, perubahan daya tangkap kulit terhadap konduksi listrik, perubahan pada sirkulasi darah, perubahan detak jantung, dan kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut menunjukan adanya relaksasi atau penurunan ketegangan urat saraf reflektif yang mengakibatkan terjadinya pelonggaran pembulu nadi dan penambahan kadar darah dalam kulit, diiringi dengan peningkatan suhu kulit dan penurunan frekwensi detak jantung.

Sudah makruf adanya: bahwa stres berpotensi menurunkan imunitas ( daya kekebalan) tubuh. Meningkatnya stres akan menyebabkan penyempitan dan pengerasan pembuluh nadi (arteriosclerosis), sehingga kadar darah yang mengalir dipembulu nadi kulit pun akan turun, begitu juga tingkat suhu kulit, sementara detak jantung akan semakin cepat.

Dengan adanya hasil eksperimen komperatif tersebut, kesimpulan awal dapat diperoleh: bahwa mendengarkan ayat suci Al-quran mempunyai dampak positif yang signifikan terhadap perubahan fisiologi dan psikologi manusia. Dengan demikian kemajuan ilmu telah mengungkapkan: bahwa Al-quran diturunkan memiliki kebermanfaatan untuk kepentingan manusia, walaupun hanya sekedar mendegarkannya. Kemajuan tehnologi telah mendeteksi secara akurat: bahwa mendegarkan ayat-ayat Al-quran dapat merelaksasi saraf reflektif, memfungsikan organ tubuh, serta memberikan aura positif pada tubuh manusia.

Terbayang oleh fikiran kita: apabila seorang muslim gemar membaca, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Al-quran, maka sangat dimungkinkan akan terpancar aura positif pada tubuhnya dan memberikan bias pada alam sekitarnya. Oleh karena itu wajarlah apabila kita dapati: bahwa orang-orang yang saleh memiliki wajah yang bersinar dan teduh, karena didalam tubuhnya telah tersusun medan elektromagnetik sesuai fungsinya, serta diiringi terpancarnya aura positif: ketenangan, kesejukan dan kedamaian. Sangat tepat apabila Rasulullah Muhammad SAW menyuruh kita: untuk senantiasa bersosialisasi dengan orang-orang saleh, agar aura positif pada diri orang saleh terpancar kedalam tubuh kita, serta dapat memberikan ketentraman dan ketenangan.

Mudah-mudahan dengan hasil eksperimen komperatif tersebut memberikan semangat bagi kita untuk mengimani, mempelajari dan mengamalkan Al-quran dalam kehidupan sehari-hari.

Ya .. ALLAH. Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Janganlah engkau biarkan diri kami ini tergilas oleh nafsu-nafsu hamba walau hanya sekejab mata atau lebih singkat dari sekejab mata. Sinarilah diri kami ini dengan ayat-ayat suci Al-Quran.

Ya … ALLAH Zat yang Mengusai Hidup dan Kehidupan, Jadikanlah Al-quran sebagai penghias hati Kami, penghilang kegelisahan Kami, dan obat penyembuh kami dari segala macam penyakit.

Refrensi: buku berjudul Mausua’ah I’jazul Ilmiy fil Quranul Karim wa Sunnah Muthahharah. Penulis Syekh Yusu al-Hajj Ahmad. Penerbit Maktabah Ibnu Hajr, Daamaskus Syiria.

Penyakit Hati dan Sebab-sebabnya

erdapat dua jenis peyakit yang dapat menyerang manusia yaitu penyakit zhahir dan penyakit batin. Penyakit zhahir adalah penyakit yang menyerang fisik manusia. Penyakit ini masih dapat diobati oleh dokter.

Adapun penyakit batin adalah penyakit yang menyerang hati manusia. Penyakit ini tidak dapat diobati oleh dokter dari manapun. Dokter sehebat apapun dari Amerika atau Perancis misalnya, atau dukun sesakti apapun takkan mampu mengobati penyakit ini. Oleh sebab itu didalam sebuah hadits Rasululloh SAW mengingatkan kita supaya terhindar dari penyakit ini:

“Ingatlah bahwa di dalam setiap badan manusia itu ada segumpal darah yang apabila dia baik maka baiklah seluruh badan, dan apabila dia rusak maka rusaklah seluruh badan, ingatlah bahwa dia adalah hati”.

Terkadang kita merasa heran ketika mendengar ada orang kaya yang merasa susah dan sedih, padahal di hadapannya dunia melimpah ruah dan semua keinginannya bisa dicapainya. Sementara itu, kita mendengar seorang miskin yang hidupnya serba pas-pasan, bahkan dia selalu memikirkan bagaimana caranya agar besok masih bisa makan, tetapi hidupnya bahagia dan senang, tanpa merasakan kesusahan.

Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan datangnya penyakit hati diantaranya adalah:

1. Pergaulan bebas tanpa mengontrol perkataan

Pergaulan bebas, tanpa memilih teman yang baik, dengan membicarakn aib-aib orang, mengumpat, memaki, mencari-cari kesalahan orang lain dapat menyebabkan hati menjadi kotor. Alloh SWT mengingatkan kita dalam firman-Nya:

“Ingatlah pada suatu hari orang yang zhalim akan menggigit dua tangannya sambil berkata, sekiranya saya mengambil jalan bersama-sama rasul, kecelakaan besarlah bagiku sekiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku, sesungguhnya dia telah menyesatkanku dari Qur’an ketika Qur’an itu telah datang kepadaku, dan setan itu tidak akan mau menolong manusia.” (QS Al Furqan : 27-29)

2. Banyak berangan-angan

Sebagaimana seorang pujangga mengatakan: angan-angan itu bagaikan lautan luas yang tak ada tepinya, orang yang mau berlayar diatasnya adalah termasuk orang-orang yang merugi. Tetapi tidak semua angan-angan itu jelek, angan-angan yang jelek adalah angan-angan yang tak akan dapat dicapai.

3. Bergantung kepada selain Alloh SWT

Yaitu orang-orang yang tidak tawakal kepada Alloh SWT, tidak meyakini rezeki dan pertolongan-Nya. Alloh berfirman dalam Al Qur’an:

“Mereka mengambil berhala sebagai sesembahan selain Alloh, agar mereka mendapat pertolongan, berhala itu tidak akan dapat menolong mereka. Padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka.” (QS Yasin:74-75)

4. Memuaskan hawa nafsu

Salah satu yang dapat menyebabkan penyakit hati adalah memuaskan dan menuruti semua keinginan hawa nafsu. Adapun keinginan nafsu yang paling berbahaya adalah:

v Nafsu terhadap harta kekayaan.

v Nafsu terhadap semua perempuan.

v Memuaskan perut dengan kekenyangan. Terkadang tidak membedakan antara yang halal dan yang haram.

v Keinginan terhadap jabatan dan kedudukan.

v Keinginan terhadap pujian orang.

Inilah semua penyakit yang berada di dalam diri manusia, banyak manusia yang jatuh dan terperangkap di dalamnya sehingga tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk.

5. Terlalu banyak tidur

Memang tidur itu adalah nikmat, akan tetapi kita harus membatasinya, karena kebanyakan tidur dapat menimbulkan sifat malas. Ingatlah kalau hati sudah rusak (mati) badan pun akan berat, mudah membuang-buang waktu, dan membawakan kepada kelalaian dan kemalasan.

6. Memandang yang haram

Sesunguhnya mata adalah asal permulaan terjadinya zina, maka menjaga mata itu adalah sangat perlu karena mata mudah terjerumus kepada kemaksiatan. Oleh sebab itu, salah seorang ulama mengatakan, “Janganlah kamu mengikuti pandanganmu terhadap perempuan, sesungguhnya pandangan dapat menimbulkan nafsu di dalam hati.” Rasululloh SAW bersabda:

“Pandangan mata adalah anak panah yang beracun, dari anak panah iblis, maka barang siapa yang menundukkan pandangannya dengan sebab keridhoan Alloh, maka Alloh akan menjadikan kemanisan di dalam hatinya.”

Semoga Alloh SWT memberikan kepada kita kekuatan iman dan takwa serta istiqomah, agar kita dapat mencegah dan menghindari semua sebab-sebab yang telah disebutkan di atas, Amin…..Amin…ya Rabbal ‘Alamin.

Sunber: Ustadz H. Ahmad Yasin, Lc

sabarlah sahabatku…^^

Ketika kesulitan hidup sedang menderamu saat ini, maka bersabarlah. Ketika beban hidup serasa menghantam diri, maka bersabarlah, dan ketika semua orang tak memperdulikanmu, maka bersabarlah.

Sabar adalah solusi dari semua kesulitan. Ketika kita mampu untuk bersabar diri, maka pintu kesuksesan akan menganga di depan mata. Sabar memang perlu proses, dia tak datang tiba-tiba. Dia datang menghampiri diri kita setelah kita telah mengalami benturan-benturan hati yang membuatmu akhirnya sadar bahwa dirimu adalah milik Ilahi Robbi. Tinggal sebentar di bumi lalu pergi kembali.

Bersabaralah kawan!…

Penderitaanmu pasti akan berakhir. Bersabarlah kawan!, pintu kebahagiaan pasti akan menghampirimu, bersabarlah kawan!, kesuksesan akan datang ketika engkau tak lelah dalam bekerja. Berpeluh keringat dalam bekerja, dan menangis dalam doa. Kau pasrahkan seluruh hidupmu kepadaNya dan tak pernah putus asa untuk terus mencoba.

Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh, berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita sakit, jangan menjerit kepada manusia, tetapi menjeritlah kepada Tuhan pemilik bumi dan langit seraya memohon ampunan. Dari dosa yang telah kita perbuat. Tuhan pasti telah memperhitungkan amal dan dosa yang kita perbuat. Allah pasti akan mengabulkan doa-doa kita.

Pada saat ini, banyak orang tak mau sabar. Ingin cepat selesai dalam menggapai kesuksesan. Ingin cepat selesai bila kesulitan menghadang. Percayalah, setiap kesulitan itu pasti ada jalan kemudahannya, hanya saja dibutuhkan kesabaran diri untuk menemui kemudahan itu. Dalam hidup saya sudah membuktikannya.

Ketika dirimu sedang merana, ketika dirimu bermuram durja, ketika dirimu malas bekerja, ketika dirimu mengalami sakit, dan ketika dirimu merasa tak berguna, maka bersabarlah sambil terus instrospeksi diri, mengoreksi diri sendiri, dan tak menyalahkan orang lain.

Menyalahkan orang lain itu mudah, tapi menyalahkan diri sendiri itu sulit. Dibutuhkan kebesaran jiwa dan kelapangan hati. Bersabarlah kawan, bila engkau terus melakukan kebaikan. Tanpa pamrih dan dengan niat keikhlasan, maka bersabarlah akan datang pertolongan Allah. Cepat atau lambat!. Percayalah, hadiah pertama yang akan kau dapatkan dari melakukan kebaikan adalah kebaikan.

Allah akan menguji keimananmu. Allah akan menguji ketegaranmu dalam susah dan senang. Setiap jiwa pasti akan diuji. Setiap nyawa pasti akan diambil pemiliknya. Semua diri pasti akan menghadapi mati. Sudahkah dirimu mempersiapkan hidup sesudah mati?

Kita sering tak sabar untuk mati, maka ada orang bunuh diri. Kita tak sabar untuk hidup kaya, maka banyak orang hidup dengan korupsi, kita tak sabar untuk menggapai kekuasaan, maka banyak penguasa lalim dan dzolim memakan uang rakyat. Kita tak sabar untuk mencapai keberhasilan, maka timbullah cara-cara instan untuk mencapai keberhasilan itu.

Ingatlah, tak ada sebuah kesuksesan atau keberhasilan tanpa usaha atau kerja keras. Sebab kita tidak tinggal di jaman abu nawas yang terkenal dengan 1001 malamnya atau di jaman aladin, yang semua tinggal “sim salabim abakadabra” minta kepada jin, lalu dipenuhilah permintaan kita. Kita tidak tinggal dalam dunia mimpi, tetapi kita tinggal dalam dunia nyata yang membutuhkan ambisi, kemampuan, dan usaha (AKU) untuk mencapai keberhasilan itu. Kita harus memiliki AKU yang kuat untuk mencapai kesuksesan hidup.

Akhirnya, kunci dari kesuksesan hidup adalah sabar. Dengan sabar dunia terasa indah, dan dengan sabar hidup serasa berkah. Rahmat Allah senantiasa menghiasi orang-orang yang mampu untuk bersabar diri.

Sudahkah kita termasuk barisan orang-orang yang sabar?

Tips ketenangan hati

Jika kepala ini penat memikirkn dunia, maka berwudlulah. Jika tangan ini lelah menggapai cita2 maka bertakbirlah. Jika raga ini tak kuat menopang hidup, maka bersujudlah. Agar tunduk disaat yang lain angkuh. Agar tegar disaat yang lain terlempar.

Hati adalah sepotoNg daging yg jk ia berSiH mk yg lainnya akan bersiH. Tapi jiKa ia kotor maka yg lain�a ikuT kotor.

Hati . . . 1 kata yg terdiri dari 4 huruf, 1kata yg amat singkat akn tetapi menyimpan sejuTa gejala gejala yg amat sulit di tafsirkan. Kadang ia sepi, sediH, gundah, resah, senang, kadang pula ia sakit yg teramat sakit hingGa merangsang air mata untUk menetes..

Jagalah hati agar kita tetap tenang dan tentram. Ana punya beberapa tips untuk ketenangan hati, yaitU:
1. Bacalah asmaul husna sesudah shalat fardhu minimal 1x.
2. Biasakan bibir dan hati ini beristighfar pada-NYA
3. Baca Al-Qur�an, pahami artinya dan terapkan dalam kehidupan kita.
4. Berilah salam kepada sesama muslim.
5. Tampakkan wajah yg ceria
6. Slalu berpikirn positif
7. Slalu optimis dalam sgala hal
8. Awali kegiatan kita dg baCaAn bAsmallah dan akhiri dg hamdallah.
9. Hilangkan rasa dEndam yg berSemayam dalam hati
10. Jadikan akal sebAgai pengendali hawa nafsu. Agar kita tdk di perbudak oleh hawa nafsu.

HIDAYAH, DICARI… BUKAN DINANTI

Salah jika kita berpikir bahwa mendapat
hidayah berarti Allah menurunkan malaikat yang akan menuntun seorang yang
sesat, lalu masuk Islam, menuntunnya melakukan kebaikan setiap saat sepanjang
hidupnya tanpa ada usaha dari orang tersebut.

 

Hidayah adalah petunjuk yang secara halus menunjukkan dan mengantarkan kepada sesuatu yang dicari. Dan yang paling dicari manusia semestinya adalah keselamatan
akhirat khususnya dan keselamatan dunia. Untuk mendapatkannya, Allah telah
memberi bekal kepada setiap manusia dengan berbagai arahan yang akan membawanya
menuju keselamatan. Namun Allah juga memberinya pilihan. Sehingga ada yang
mengikuti petunjuk lalu selamat dan ada yang tidak mengacuhkannya lalu celaka.

Jika kita cermati tahapan hidayah berikut ini, kita akan tahu bahwa setiap manusia pada dasarnya memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan hidayah. Hanya
saja tidak semua orang mau berjala mengikuti hidayah, menapaki jalan yang lurus.
Kebanyaka mereka justru memilih jalan sesat sehingga akhirnya celaka di akhirat.


Tahapan Hidayah

Imam
Ibnul Qoyyim dan Imam al Fairuz Abadi menjelaskan, Allah telah memberikan
petunjuk secara halus kepada setiap manusia agar selamat hingga hari kiamat,
bahkan sejak hari kelahirannya. Beliau menyebutkan;


Tahapan
pertama

adalah memberikan hidayah al amah, hidayah yang bersifat umum yang
diberikan kepada setiap manusia, bahkan setiap makhluk_Nya. Yaitu petunjuk
berupa insting, akal, kecerdasan dan pengetahuan dasar agar makhluk_Nya bisa
mencari dan mendapatkan berbagai hal yang memberinya maslahat. Hidayah inilah
yang dimaksud dalam ayat;


“Musa
berkata; “Rabb kami ialah Rabb yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu
bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk”.

(QS. Thaha; 50)

Dengan
bekal ini, manusia bisa menyerap, memahami dan melaksanakan berbagai arahan dan
bimbingan yang diberikan kepadanya.


Tahapan
kedua

adalah hidayatud dilalah wal bayan atau hidayatul irsyad, yaitu
petunjuk berupa arahan dan penjelasan yang akan mengantarkan manusia kepada
keselamatan dunia akhirat. Semua itu terangkum dalam risalah yang disampaikan
melalui Nabi dan Rasul_Nya. Allah berfirman;


“Kami
telah menjadikan mereka itu sebagi peminpin-peminpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami”

.
(QS. 21: 73)

Risalah
yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah hidayatul bayan yang paripurna
yang Allah berikan kepada manusia. Sifatnya hanya penjelasan dan arahan agar
manusia bisa meraih keselamatan. Mengikuti atau tidak, Allah memberikan pilihan
kepada setiap manusia berupa ikhtiar. Sehingga ada diantara mereka yang
mengetahui, kemudian mengikuti dan terus melazimi (membiasakan) hingga menjadi
mukmin yang taat, namun ada pula yang enggan bahkan pula menentang. Yang
mengetahui, lalu mengikuti dan berusaha tetap berada di atas kebanaran akan
selamat, sebaliknya yang mengetahui lalu berpaling maka akan binasa.

Kemudian,
fase yang ketiga adalah hidayatut taufiq, yaitu hidayah yang khusus
diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki Allah. Hidayah yang menuntun hati
seseorang untuk beriman dan beramal sholeh sesuai dengan tuntunan-Nya. Cahaya
yang menerangi hati dari gelapnya kesesatan dan membimbinnya menuju jalan
kebaikan. Hidayah yang mutlak hanya dimiliki dan diberikan oleh Allah inilah
yang melunakkan hati seseorang sehingga ia mau menjawab seruan dakwah. Dan
hidayah ini pulalah yang menuntun mereka agar tetap berada di atas jalan yang
lurus.

Hidayah
ini adalah buah dari hidayatul irsyad. Seseorang tidak mungkin akan
mendapat hidayah ini jika belum mendapat hidayatul irsyad sebelumnya. Namun,
tidak semua orang yang mendapatkan hidayatul irsyad pasti akan mendapat hidayatut
taufiq
.

Seperti
yang sudah dipaparkan di atas bahwa tugas dan kewenangan Nabi, juga orang-orang
yang menjadi pewaris para Nabi hanyalah menjelaskan dan menyampaikan. Mereka
tidak akan mampu membuat atau memaksa seseorang mengikuti apa yang mereka
dakwahkan, jika orang tersebut lebih memilih jalan kesesatan dan tidak diberi hidayatut
taufiq
oleh Allah. Allah berfirman;


“Sesungguhnya
engkau tidak akan bisa memberikan hidayah (taufiq) kepada orang yang engkau
cintai, akan tetapi Allah memberikan hidayah kepada siapa pun yang Dia
kehendaki, dan Dia Maha Mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”

(Q.S. Al-Qhashash:
56).

Yang
terakhir adalah hidayah di akhirat. Petunjuk di akhirat yang menuntun manusia
menuju Jannah. Rosululloh SAW bersabda, “Demi yang jiwa Muhammad
berada di tangan_Nya, salah seorang di antara mereka lebih tahu arah menuju
rumahnyadi Jannah daripada arah menuju rumahnya di dunia
.”

Keempat
fase ini saling terkait secara berurutan. Tanpa adanya hidayah yang pertama,
seseorang tidak akan bisa mendapatkan hidayah yang kedua berupa irsyad, arahan
dan bimbingan dari Rosululloh SAW. Sebab orang yang akalnya tidak sempurna
(gila maupun idiot) tidak akan bisa menyerap dan menalar berbagai ilmu dan
bimbingan dari siapapun. Kalaupun bisa, daya serapnya sangat minim, sehingga
mereka justru dibebaskan dari semua taklif dan tanggung jawab. Sedang
hidayah yang ketiga tidak mungkin bisa diraih sebelum seseorang mendapatkan
hidayah yang pertama dan kedua. Taufiq dari Allah hanya akan turun
kepada orang yang mendengar risalah dan kebenaran. Demikian pula hidayah yang
keempat. Dan Allah Maha Mengetahui siapa yang benar-benar mencari dan berhak
mendapatkan hidayah dari-Nya.


Hidayah Harus Dicari


Hidayah
al amal

kita semua sudah memilikinya. Adapaun hidayah di akhirat, bukan lain adalah
buah dari hidayah yang kedua dan ketiga. Sehingga yang harus kita cari semasa
hidup di dunia adalah hidayatul irsyad dan hidayatut taufiq. Ibnu
Katsier menjelaskan hidayah yang kita pinta dalam surat Al-Fatihah adalah dua
hidayah sebagai berikut;


Hidayatul
irsyad

adalah
ilmu syar’i yang shohih dimana dengan itulah kita bisa mengetahui kebenaran (ma’rifatul
haq
), sedang hidayatut taufiq adalah kelapangan hati untuk
mengamalkan dan selalu berada di atas kebenaran. Dua hal ini tidak akan kita
dapatkan jika Allah tidak menghendaki kita mendapatkannya. Sehingga yang harus
kita lakukan adalah mencari dan memohon kepada Pemiliknya. Mencarai berbagai
hal yang bisa mendatangkan hidayah dan berusaha menghancurkan semua yang
menghalangi kita dari hidayah.

Syaikh
Abdurrahman bin Abdullah as Sahim, dalam sebuah risalahnya menjelaskan, ada
beberapa hal yang bisa mendatangkan hidayah;

Yang
pertama adalah bertauhid dan menjauhi syirik. Allah berfirman yang
artinya, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan
dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”
(Q.S. Al
An’am: 82)

Kedua

, menjalankan semua
perintah Allah dan menjauhi larangan_Nya. “Dan sesungguhnya kalau mereka
melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka. Tentulah yang demikian itu
lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka). Dan kalau demikian,
pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar di sisi Kami. Dan pasti Kami
beri mereka hidayah kepada jalan yang lurus.
(Q.S. An Nisa: 66-68).

Ketiga

, inabah,
bertaubat dan kembali kepada Allah. “Orang-orang kafir berkata: “mengapa
tidak diturunka kepadanya (Muhammad) tanda mu’jizat dari Robbnya”, Katakanlah:
“sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi hidayah
orang-orang yang taubat kepada_Nya
. (Q.S. Ar-Ra’du: 27).

Keempat

, I’tisham,
berpegang teguh kepada kitabulloh. “Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir
padahal ayat-ayat Alah dibacakan kepada kamu, dan rasul-Nya pun berapa di
tengah-tengah kamu? Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka
sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.“

(Q.S. Ali
Imron: 101).

Kelima

, berdoa dan berusaha keras
mencarinya. Dari Ibnu Mas’ud, Nabi Muhammad SAW selalu berdoa;


اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى



Ya Allah, sesungguhnya aku memohonkepada-Mu
hidayah, ketakwaan, dan penjagaan diri dan kecukupan diri”

. (HR Muslim)

Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencarai keridhoan) Kami, benar-benar akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang berbuat baik
”. (Q.S. Al Ankabut; 69).

Keenam
, memperbanyak dzikir. “Barangsiapa
yang berpaling dari pengajaran (Rabb) Yang Maha Pemurah, Kami adakan baginya
syaithan (yang menyesatkan) maka syaithan itulah yang akan selalu menyertainya
.”
Dan sesungguhnya Syaithan-syaithan itu benar-benar menghalangi mereka dari
jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk
.”
(Q.S. Az Zukhruf : 36-37)


Penghalang Hidayah

Selain
sebab-sebab yang bisa mendatangkan hidayah, ada juga beberapa hal yang akan
menghalangi masuknya cahaya hidayah ke dalam hati, diantaranya;

Pertama
, minimnya pengetahuan dan
penghargaan atas nikmat hidayah.

Ada sekian
banyak manusia yang tergiur dengan dunia dan menjadikannya satu-satunya yang
paling diharapkannya. Sukses dimatanya adalah capaian harta dan kedudukan di
mata manusia. Kesuksesan yang bersifat ukhrowi dinomorduakan, dan berfikir
bahwa hal seperti itu akan bisa dicari lagi di lain kesempatan. Meski sudah
mendapatkan lingkungan yang baik, kesempatan belajar agama yang benar, rejeki
yang halal meski sedikit, ia tidak segan meninggalkannya demi meraih dunianya.
Itu karena rendahnya penghargaan atas hidayah Allah berupa teman yang sholih
dan ilmu dien yang telah diberikan kepadanya. Firman Allah, “Mereka hanya
mengetahui yang tampak dari kehidupan dunia, sedang tentang (kehidupan) akhirat
mereka lalai
.” (Q.S. Ar Rum: 7)

Kedua
, hasad dan kesombongan.

Dua hal
inilah yang menghalangi Iblis menjalankan perintah Allah dan menjadikannya
gembong dari segala kesesatan di dunia. Dua hal ini pulalah yang menghalangi
kebanyakan umat terdahulu hingga sekarang untuk beriman. Mereka tahu yang
benar, tapi keangkuhan membuat hati mereka semakin gelap dan sukar ditembus
cahaya kebenaran.

Ketiga
, jabatan. Seperti halnya
Heraklius. Ia mengetahui kebenaran nubuwat Muhammad SAW, mengakui dan dengan
jujur membenarkan risalah Islam. Tetapi kedudukannya sebagai orang nomor satu
di Romawi Timur menghalangi hatinya untuk bersyahadat, menggapai hidayah Ilahi.
Kasus macam ini masih akan ada hingga hari ini.

Keempat
, syahwat dan harta. Ketakutan
akan hilangnya mata pencaharian dan berkurangnya kesempatan untuk memuaskan
syahwat akan mudah memalingkan manusia dari cahaya hidayah.

Betapa
banyak yang menunda taubatnya hanya karena tidak mau “tersiksa” oleh godaan
wanita dan minuman keras. Betapa banyak yang enggan meninggalkan penghasilan
yang syubhat dan haram hanya gara-gara takut menjadi miskin dan kehilangan
mewahnya kehidupan. Dan betapa banyak yang tak sudi mendekati orang-orang yang
sholih karena khawatir tak bisa lagi menikmati pergaulan bebas. Dua penghalang
ini menjadikan mata pecintanya serasa pedas saat menatap kemilau hidayah Allah.
Dan merekapun terus-menerus tenggelam dalam kegelapan maksiat.

Kelima
, kebencian. Seseorang yang
membenci orang lain. Si A misalnya, ketika si A mendapatkan hidayah berupa
masuk Islam, taubat dari suatu maksiat, semangat belajar Islam atau yang lain,
kebenciannya akan menghalanginya untuk mengikuti jejak orang yang ia benci itu.
Kesombongan, gengsi dan kejengkelan tumbuh subur di atas lahan kebenciannya dan
menghalangi sinar hidayah masuk menerangi hatinya.


Hidayah Membawa Hidayah

Satu hidayah
akan membawa hidayah yang lain, demikian pula jika manusia terjebak pada satu
penghalang hidayah, ia akan semakin terjerat dan sulit melepaskan diri.

Ibnul Qayim
di dalam kitab Tanwirul Hawalik mengatakan, “Hidayah akan membawa
hidayah yang lain. Dan kesesatan akan mendatangkan kesesatan yang lain pula.
Perbuatan baik akan mendatangkan hidayah, setiap kali amal bertambah, bertambah
pulalah hidayah dari-Nya. Demikian pula kesesatan. Hal itu karena Allah
menyukai amal kebajikan dan akan membalasnya dengan petunjuk dan kesuksesan dan
membenci keburukan dan mengganjarnya dengan kesesatan dan kecelakaan.

Beliau
melanjutkan, “Sesungguhnya jika seorang hamba jika telah beriman kepada
Al-Qur’an dan mendapat petunjuk darinya secara global, mau menerima perintah
dan membenarkan berita dari Al –Qur’an, semua itu adalah awal mula dari
hidayah-hidayah selanjutnya yang akan ia peroleh secara detail. Karena hidayah
itu tak memiliki titik akhir, seberapapun seorang hamba mampu mencapainya.
Allah berfirman, “Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah
mendapat petunjuk. Dan amal-amal sholih yang kekal itu lebih baik pahalanya
disisi Rabb_mu dan lebih baik kesudahannya
. (Q.S. Maryam: 76). Wallahu
a’lam.

Semoga Allah
menjadikan kita orang-orang yang senantiasa mendapat hidayah dari-Nya. Amin.

Dikuti oleh
Abu Umar

“Majalah Ar-Risalah, No. 90/Vol.VIII/6 Dzulhijjah 1429 H-Muharram 1430 H /
Desember 2008. hal 15

Jurusan Psikologi

Bagi kita yang ingin mengetahui bagaimana sistem yang berjalan dalam bidang jurusan psikologi dan bagaimana prospek pendidikan psikologi di masa depan, berikut adalah penjelasan bagi kita yang ingin mengetahui, terutama bagi mereka yang akan masuk dan memilih jurusan psikologi.

Pengetahuan ilmiah mengenai perilaku manusia sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ilmiah tersebut membuat kontribusi psikologi dalam keikutsertaan dalam membantu penyelesaian persoalan-persoalan sosial semakin besar.

Sehingga pada akhirnya peranan psikologi dalam peranan-peranan sosial diakui masyarakat. Hampir semua bidang kehidupan dan bidang kerja di masyarakat bersangkut paut dengan persoalan perilaku dan persoalan interaksi antar manusia dan persoalan interaksi manusia dengan lingkungan. Dengan semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat akan jasa dan praktek psikologi, maka itulah yang menyebabkan pengetahuan psikologi menjadi sangat dibutuhkan pada masa sekarang dan yang akan datang.

Jenjang pendidikan psikologi, seperti halnya jenjang pendidikan tinggi yang lain, terbagi menjadi tiga, yaitu Pendidikan Sarjana, Pendidikan Magister dan jenjang Pendidikan Doktoral. Pendidikan professional untuk psikologi adalah pendidikan profesi psikolog.

Dalam bidang pendidikan dan jurusan psikologi terdapat beberapa bidang peminatan yang bisa diambil atau ditempuh sesuai dengan pendalaman keilmuan yang ingin dikuasai. Terdapat lima bidang peminatan yang menjadi dasar bidang keilmuan dan jurusan psikologi, diantaranya adalah:

Psikologi Industri dan Organisasi
Dalam bidang keilmuan Psikologi Industri dan Organisasi, membahas tentang pengembangan manusia dan perilaku manusia dalam konteks industri organisasi, dan juga timbal balik antara individu dan organisasi tempatnya berkarya.

Psikologi Perkembangan
Dalam bidang keilmuan Psikologi Perkembangan, membahas tentang perkembangan manusia sepanjang masa kehidupannya, meliputi perkembangan psikologis manusia, psikologi perkembangan anak, psikologi remaja, psikologi keluarga dan membuat rancangan teoritis intervensi untuk mengoptimalkan perkembangan individu dalam kehidupan masyarakat.

Psikologi Klinis
Dalam bidang keilmuan Psikologi Klinis, membahas tentang proses analisis dan mendiagnosis gangguan perilaku yang terkait dengan aspek psikologis melalui berbagai pendekatan teori serta mengenal metode-metode intervensinya.

Terdapat beberapa pertanyaan seputar bidang keilmuan psikologi dengan bidang keilmuan psikiater, bahwa terdapat berbedaan diantara keduanya. Dalam kajian psikologi terutama dalam psikologi klinis, penanganan gangguan psikis dilakukan dengan pendekatan psikologis yang melibatkan peran individu dalam melakukan proses terapi sebagai bentuk intervensi. Sedangkan dalam psikiater diperbolehkan melakukan penanganan melalui obat-obatan.

Psikologi Pendidikan
Dalam bidang keilmuan Psikologi Pendidikan, membahas tentang bagaimana gambaran individu dalam konteks dunia pendidikan, persoalan pendidikan, kesulitan belajar dan proses belajar berdarkan teori, konsep dan hasi-hasil penelitian dalam psikologi baik pada level individual maupun dalam kaitannya dengan sistem masyarakat pada khususnya dan sistem global pada umumnya.

Psikologi Sosial
Dalam bidang kelimuan Psikologi Sosial, membahas tentang analisis dan membuat rancangan teoritis intervensi perilaku sosial sebagai proses interaksi individu dengan lingkungan sosialnya seperti gambaran manusia dalam konteks sosial dan kelompok.

Dalam bidang keilmuan psikologi terutama dalam prospek pendidikan dan jurusan psikologi, para lulusan psikologi dapat memiliki peluang kerja yang besar seperti berikut ini:

  1. Psikolog/konsultan di biro pelayanan jasa psikologi manajemen dan organisasi.
  2. Staf dan manajer di bagian pengembangan sumber daya manusia (SDM) pada berbagai perusahaan dan organisasi.
  3. Psikolog/asisten psikolog di Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Jiwa.
  4. Psikolog/asisten psikolog di lembaga lembaga pendidikan.
  5. Psikolog/asisten psikolog di Lembaga Psikologi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri).
  6. Psikolog/asisten psikolog di Lembaga lembaga pemerintahan.
  7. Tim kreatif di Biro-biro Advertising.
  8. Wirausahawan pada jasa pelayanan psikologi, manajemen dan organisasi.

*nur kutip dari blog nur: www.pio-ilmupsikologi.blogspot.com, linknya: www.psikologizone.com

Angan-Angan Muluk Melahirkan Perbuatan Keji

Ketahuilah bahwa selama manusia itu tangannya masih bergelayut dengan angan-angan
muluk untuk hidup di dunia maka selama itu pula kenikmatan dunia menjadi inti
dari butir-butir angan-angannya. Dan masih ditambah lagi dengan keinginan jiwa
yang tidak hendak lekang dari unsur kemaksiatan yang memoles kenikmatan dan syahwat
dunia.Di sisi lain syetan selalu membisikkan janji bahwa nanti pada penghujung usia akan datang kesempatan untuk bertaubat. Tapi ternyata kematian telah benar-benar di depan mata dan harapan untuk memperpanjang kesempatan hidup sudah tidak memungkinkan lagi baru ia akan menyadari bahwa dirinya selama ini telah dikungkung syahwat dunia. Ketika itu penyesalannya karena sikap meremehkan yang ia lakukan selama ini benar-benar telah mencapai puncaknya, hingga hampir saja membunuhnya. Yang ia mohon pada saat demikian adalah agar dirinya diberi kesempatan untuk kembali kepada kehidupan dunia untuk bertaubat dan beramal shalih. Namun sayang tak satu pun dari permohonannya itu yang akan dikabulkan, sehingga selain kepayahan yang harus ia tanggung pada saat sakaratul maut ia juga harus membawa beban penyesalannya.

Di dalam kitab-Nya Allah telah memperingatkan kepada hamba-hamba-Nya untuk mempersiapkan diri mereka dengan taubat dan amal shalih sebelum kematian datang menjemput.

“Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserahdirilah kepada-Nya sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan, ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabbmu sebelum datang adzab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, supaya jangan ada orang yang mengatakan, ‘Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah’.”

Ada cerita dari orang-orang yang tengah meninggu saat-saat kematiannya datang, mereka mendengar ungkapan penyesalan seraya menampar-nampar wajah mereka sendiri, “Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah.” Ada pula yang mengeluh, ”Dunia telah tunduk kepadaku hingga hari-hariku lenyap begitu saja.”Yang lainnya mencoba mengingatkan ,”Janganlah kalian tertipu kehidupan dunia seperti yang aku alami.”

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan, ‘Sekali-kali tidak, Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.” (Al-Mukminin:99-100).

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu. Lalu ia berkata, ‘Ya Rabbku, mengapa engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih ?’ Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya.” (Al-Munafiqun: 10-11).

“Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini.” (Saba: 54).

Orang-Orang Salaf, termasuk diantaranya Umar bin Abdul Aziz, menafsirkan ayat Saba: 54 ini bahwa ketika mereka memohon keturunannya taubat atas dosa-dosa merekadibentangkanlah tabir yang menghalangi mereka dengan taubat itu.

Al-Hasan mengatakan, “Wahai anak Adam, bertaqwalah kepada Allah, janganlah engkau menanggung dua beban bersama-sama : Sakaratul-maut, dan penyesalan“ Sedangkan As-Sammak mengatakan hal yang senada, ‘ Hindarilah olehmu, sakaratul-maut dan penyesalan. Yakni, ketika kematian datang menjemput dengan tiba-tiba sementara engkau masih terkungkung dalam kubangan tipu daya. Tak ada kata-kata yang dapat menggambarkan apa yang akan engkau hadapi dan apa yang akan engkau saksikan kelak.”

Allah berfirman,

“Wahai anak Adam jika engkau bergelimang dalam kenikmatanku namun juga berkubang dalam lumpur kedurhakaan kepada-Ku maka berhati-hatilah. Aku tidak akan mematikanmu dalam kedurhakaan kepada-Ku.” Namun menurut versi ajaran orang-orang Yahudi Israel firman Allah itu berbunyi, ‘Wahai anak Adam, berhati-hatilah. Allah tidak akan menghukumi dengan dosa kemudian menghantarkanmu bertemu dengan-Nya. Kematianmu dengan cara demikian tidak akan dapat engakau jadikan alasan untuk berkelit dari siksa.’

Kenyataan telah membuktikan bahwa kematian kebanyakan orang-orang yang mengabdikan hidupnya untuk kedurhakaan, sangat tragis. Ketika kematian itu datang mereka belum sempat membersihkan lumpur kedurhakaan, dan lumpur itulah yang menjadi sumber kehinaan mereka dalam perjalanan kehidupan dunia mereka sekaligus menjadi bahan-bahan yang akan dikonversi menjadi adzab akhirat.

Kenyataan menunjukkan bahwa kematian dalam keadaan belum bersih semacam ini banyak terjadi pada mereka yang menderita ketergantungan pada cairan yang beralkohol itu. Orang mengatakan:

“Adakah engkau merasa terlindung

engkau pemabuk yang ulung

tanpa kau sadari kematian telah tersandung

pada saat engkau masih lindung

engkau menjadi ibrah umat manusia di muka bumi

engkau bertemu Allah sebagai orang yang paling keji.”

Ada cerita dari orang-orang dahulu yang mengisahkan sebuah katastrop pahit yang dialami seorang pemabuk. Pada suatu malam orang ini mabuk. Isterinya yang mengetahui kelakuan suaminya itu langsung mengumpatnya karena telah meningggalkan sholat. Dalam keadaan mabuk ia membalas umpatan isterinya itu dengan bersumpah ingin menceraikannya tiga kali berturut-turut dan tidak akan melakukan sholat selama tiga hari berturut-turut pula. Tapi begitu berpisah ia merasa tersiksa berpisah dengan isteri. Siksaan itu menimpanya selama tiga hari. Pada hari ketiga ajal menjemputnya dalam keadaan yang sama sekali tidak berubah : kecanduan minuman beralkohol itu dan meninggalkan sholat.

Sumber : Mahligai Taqwa Memetik Mutiara Hikmah Oleh Ibnu Rajab Al-Hanbaly hal.106

Keutamaan SABAR dalam Menghadapi Cobaan

Dari Ummu Al-Ala’, dia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. ‘Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala’. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak“. (Isnadnya Shahih, ditakhrij Abu Daud, hadits nomor 3092)Wahai Ukhti Mukminah .!

Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan di dalam kehidupan dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada dirimu atau suamimu atau anakmu ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi justru disitulah akan tampak kadar imanmu. Allah menurunkan cobaan kepadamu, agar Dia bisa menguji imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau akan marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap takdir Allah ?

Wasiat yang ada dihadapanmu ini disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala menasihati Ummu Al-Ala’ Radhiyallahu anha, seraya menjelaskan kepadanya bahwa orang mukmin itu diuji Rabb-nya agar Dia bisa menghapus kesalahan dan dosa-dosanya.

Selagi engkau memperhatikan kandungan Kitab Allah, tentu engkau akan mendapatkan bahwa yang bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat dan mengambil nasihat darinya adalah orang-orang yang sabar, sebagaimana firman Allah.

“Artinya : Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bagi setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur“. (Asy-Syura : 32-33)

Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya.

“Artinya : Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa“. (Al-Baqarah : 177)

Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.

“Artinya : Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar“. (Ali Imran : 146)

Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipatgandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.

“Artinya : Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan“. (An-Nahl : 96)

“Artinya : Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas“. (Az-Zumar : 10)

Bahkan engkau akan mengetahui bahwa keberuntungan pada hari kiamat dan keselamatan dari neraka akan mejadi milik orang-orang yang sabar. Firman Allah.

“Artinya : Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan): ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum’. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu“. (Ar-Ra’d : 23-24)

Benar. Semua ini merupakan balasan bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi cobaan. Lalu kenapa tidak? Sedangkan orang mukmin selalu dalam keadaan yang baik ?

Dari Shuhaib radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Apabila mendapat kelapangan, maka dia bersyukur dan itu kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa kesempitan, maka dia bersabar, dan itu kebaikan baginya“. (Ditakhrij Muslim, 8/125 dalam Az-Zuhud)

Engkau harus tahu bahwa Allah mengujimu menurut bobot iman yang engkau miliki. Apabila bobot imanmu berat, Allah akan memberikan cobaan yang lebih keras. Apabila ada kelemahan dalam agamamu, maka cobaan yang diberikan kepadamu juga lebih ringan. Perhatikanlah riwayat ini.

“Artinya : Dari Sa’id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata. ‘Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ? Beliau menjawab: Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya“. (Isnadnya shahih, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 1509, Ibnu Majah, hadits nomor 4023, Ad-Darimy 2/320, Ahmad 1/172)

“Artinya : Dari Abu Sa’id Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata. ‘Aku memasuki tempat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas ditanganku di atas selimut. Lalu aku berkata. ‘Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimu’. Beliau berkata: ‘Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami’. Aku bertanya. ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ? Beliau menjawab: ‘Para nabi. Aku bertanya. ‘Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: ‘Kemudian orang-orang shalih. Apabila salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali (tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, apabila salah seorang diantara mereka sungguh merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan“. (Ditakhrij Ibnu Majah, hadits nomor 4024, Al-Hakim 4/307, di shahihkan Adz-Dzahaby)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata. “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :
“Artinya : Cobaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada lagi satu kesalahanpun“. (Isnadnya Hasan, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 2510. Dia menyatakan, ini hadits hasan shahih, Ahmad 2/287, Al-Hakim 1/346, dishahihkan Adz-Dzahaby)

Selagi engkau bertanya : “Mengapa orang mukmin tidak menjadi terbebas karena keutamaannya di sisi Rabb?”.

Dapat kami jawab : “Sebab Rabb kita hendak membersihkan orang Mukmin dari segala maksiat dan dosa-dosanya. Kebaikan-kebaikannya tidak akan tercipta kecuali dengan cara ini. Maka Dia mengujinya sehingga dapat membersihkannya. Inilah yang diterangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap Ummul ‘Ala dan Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud pernah berkata. “Aku memasuki tempat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang demam, lalu aku berkata. ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sungguh menderita demam yang sangat keras’.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata. “Benar. Sesungguhnya aku demam layaknya dua orang diantara kamu yang sedang demam”.
Abdullah bin Mas’ud berkata. “Dengan begitu berarti ada dua pahala bagi engkau ?”
Beliau menjawab. “Benar”. Kemudian beliau berkata. “Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit dan juga lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya“. (Ditakhrij Al-Bukhari, 7/149. Muslim 16/127)

Dari Abi Sa’id Al-Khudry dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhuma, keduanya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata.

“Artinya : Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya“. (Ditakhrij Al-Bukhari 7/148-149, Muslim 16/130)

Sabar menghadapi sakit, menguasai diri karena kekhawatiran dan emosi, menahan lidahnya agar tidak mengeluh, merupakan bekal bagi orang mukmin dalam perjalanan hidupnya di dunia. Maka dari itu sabar termasuk dari sebagian iman, sama seperti kedudukan kepala bagi badan. Tidak ada iman bagi orang yang tidak sabar, sebagaimana badan yang tidak ada artinya tanpa kepala. Maka Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata. “Kehidupan yang paling baik ialah apabila kita mengetahuinya dengan berbekal kesabaran”. Maka andaikata engkau mengetahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang telah dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa bersabar dalam menghadapi sakit. Perhatikanlah riwayat berikut ini.

“Artinya : Dari Atha’ bin Abu Rabbah, dia berkata. “Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku. ‘Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni sorga ? Aku menjawab. ‘Ya’. Dia (Ibnu Abbas) berkata. “Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seraya berkata. ‘Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi diriku. Beliau berkata. ‘Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdo’a sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu fiat’. Lalu wanita itu berkata. ‘Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi. ‘Sesungguhnya (auratku) terbuka. Maka berdo’alah kepada Allah bagi diriku agar (auratku) tidak terbuka’. Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut“. (Ditakhrij Al-Bukhari 7/150. Muslim 16/131)

Perhatikanlah, ternyata wanita itu memilih untuk bersabar menghadapi penyakitnya dan dia pun masuk sorga. Begitulah yang mestinya engkau ketahui, bahwa sabar menghadapi cobaan dunia akan mewariskan sorga. Diantara jenis kesabaran menghadapi cobaan ialah kesabaran wanita muslimah karena diuji kebutaan oleh Rabb-nya. Disini pahalanya jauh lebih besar.

Dari Anas bin Malik, dia berkata. “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata.

“Artinya : Sesungguhnya Allah berfirman. ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku (dengan kebutaan) pada kedua matanya lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya itu dengan sorga“. (Ditakhrij Al-Bukhari 7/151 dalam Ath-Thibb).

Menurut Al-Hafidz di dalam Al-Fath, yang dimaksud habibatain adalah dua hal yang dicintai. Sebab itu kedua mata merupakan anggota badan manusia yang paling dicintai. Sebab dengan tidak adanya kedua mata, penglihatannya menjadi hilang, sehingga dia tidak dapat melihat kebaikan sehingga membuatnya senang, dan tidak dapat melihat keburukan sehingga dia bisa menghindarinya.)

Maka engkau harus mampu menahan diri tatkala sakit dan menyembunyikan cobaan yang menimpamu. Al-Fudhail bin Iyadh pernah mendengar seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia berkata kepadanya. “Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang merahmatimu kepada orang yang tidak memberikan rahmat kepadamu ?”

Sebagian orang Salaf yang shalih berkata : “Barangsiapa yang mengadukan musibah yang menimpanya, seakan-akan dia mengadukan Rabb-nya”.
Yang dimaksud mengadukan di sini bukan membeberkan penyakit kepada dokter yang mengobatinya. Tetapi pengaduan itu merupakan gambaran penyesalan dan penderitaan karena mendapat cobaan dari Allah, yang dilontarkan kepada orang yang tidak mampu mengobati, seperti kepada teman atau tetangga.

Orang-orang Salaf yang shalih dari umat kita pernah berkata. “Empat hal termasuk simpanan sorga, yaitu menyembunyikan musibah, menyembunyikan (merahasiakan) shadaqah, menyembunyikan kelebihan dan menyembunyikan sakit”.

Ukhti Muslimah !
Selanjutnya perhatikan perkataan Ibnu Abdi Rabbah Al-Andalusy : “Asy-Syaibany pernah berkata. ‘Temanku pernah memberitahukan kepadaku seraya berkata. ‘Syuraih mendengar tatkala aku mengeluhkan kesedihanku kepada seorang teman. Maka dia memegang tanganku seraya berkata. ‘Wahai anak saudaraku, janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah. Karena orang yang engkau keluhi itu tidak lepas dari kedudukannya sebagai teman atau lawan. Kalau dia seorang teman, berarti dia berduka dan tidak bisa memberimu manfaat. Kalau dia seorang lawan, maka dia akan bergembira karena deritamu. Lihatlah salah satu mataku ini, ‘sambil menunjuk ke arah matanya’, demi Allah, dengan mata ini aku tidak pernah bisa melihat seorangpun, tidak pula teman sejak lima tahun yang lalu. Namun aku tidak pernah memberitahukannya kepada seseorang hingga detik ini. Tidakkah engkau mendengar perkataan seorang hamba yang shalih (Yusuf) : “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”. Maka jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk dimintai do’a“. (Al-Aqdud-Farid, 2/282)

Abud-Darda’ Radhiyallahu anhu berkata. “Apabila Allah telah menetapkan suatu takdir, maka yang paling dicintai-Nya adalah meridhai takdir-Nya“. (Az-Zuhd, Ibnul Mubarak, hal. 125)

Perbaharuilah imanmu dengan lafazh la ilaha illallah dan carilah pahala di sisi Allah karena cobaan yang menimpamu. Janganlah sekali-kali engkau katakan : “Andaikan saja hal ini tidak terjadi”, tatkala menghadapi takdir Allah. Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari sisi Allah.

Etika Amar Maruf Nahi Mungkar10/05/2004 20:06 posted by Admin, telah dibaca 969 kaliAllah Taala yang Maha Tinggi dan Maha Besar berfirman: Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiada orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk“. ( Q.S: 5;105 ).

Ayat ini tidak bermakna larangan atau perintah untuk meninggalkan amar maruf (kebaikan) dan nahi mungkar (kejelekan), sebagaimana yang terdapat dalam hadits masyhur di Kutubus Sunan, dari Abi Bakr As-Shidiq, (Ia) berkhutbah di atas mimbar Rasulullah saw dan berkata : ” Wahai manusia sesungguhnya kalian membaca ayat ini dan menerapkannya bukan pada tempatnya, sungguh saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda : Artinya : ” Sesungguhnya manusia apabila melihat kemungkaran, kemudian tidak merubahnya, maka hampir-hampir Allah menimpakan azab dari-Nya kepada mereka semua”. (H.R. Ahmad dimusnadnya dari Abi Bakr, dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani di kitab Shohih Al Jami , no: 1974, juz; 1/ 398.)

Dan demikian juga dalam hadits Abi Tsalabah Al-Khusyani yang marfu ( yang sampai ke Rasulullah ) dalam menafsirkan ayat ini : Artinya:” Apabila kamu melihat kebakhilan yang ditaati, dan hawa nafsu yang dituruti, dan setiap orang yang memiliki pendapat taajub dengan pendapatnya,maka uruslah (sibuklah) dengan kepentingan dirimu sendiri” (H.R. Tirmizi dari Abi salabah Al Khusyani, no 3058 ).

Hadits ini ditafsirkan oleh hadits Abi Said di kitab Muslim : Artinya: “Barang siapa dari kalian melihat kemungkaran maka hendaklah dia merubah kemungkaran tersebut dengan tangannya, apabila tidak sanggup, (rubahlah) dengan lisannya, apabila tidak sanggup, (rubahlah) dengan hatinya, yang demikian adalah selemah-lemah keimanan “. (H.R. Muslim dan lainnya dari Abi Said Al Khudri.)

Dan apabila ahli fujur ( pelaku maksiat ) kuat, sehingga mereka tidak lagi mau mendengarkan kebaikan, bahkan mereka menyakiti orang yang melarang kemungkaran, karena mereka itu telah dikuasai oleh rasa kikir dan hawa nafsu serta rasa sombong, maka pada keadaan seperti ini, merubah dengan lisanpun gugur dan yang tinggal merubah dengan hati (assyuhhu) adalah rasa sangat ambisi yang mengakibatkan kepada kebakhilan dan kezoliman, yaitu menolak kebaikan dan membencinya. (alhawa al muttaba) hawa nafsu yang dituruti terwujud dalam keinginan terhadap keburukan dan mencintainya. (al ijab bir rayi) takjub (bangga) dengan pendapat sendiri yaitu (bangga) pada akal dan ilmu.

Maka (pada hadits di atas) Beliau saw telah menyebutkan rusak tiga kekuatan yaitu : ilmu, cinta dan benci. Sebagaimana dalam hadits lain : Artinya : ” Tiga hal yang mencelakakan; rasa kikir yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti dan rasa takjub seseorang dengan dirinya sendiri” dan di hadapan tiga hal yang mencelakakan ini, terdapat tiga hal yang menyelamatkan : Artinya: ” Rasa takut kepada Allah dalam keadaan sunyi dan keramaian, dan sikap sederhana di waktu miskin dan kaya dan berkata benar di waktu marah dan ridho ” (H.R. Tharoni di Mujam Ausath dari Anas dan dihasankan oleh Syeikh Al Albani di kitab Shohih Al-Jami, no : 3039, juz ; 1/ 583 )

Itulah yang selalu dimohon Rasulullah dalam doanya, seperti pada hadits lain : Artinya : ” Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepada-Mu rasa takutan akan diri-Mu di waktu sunyi dan keramaian, dan saya memohon kepada-Mu untuk (mampu) berkata benar di waktu marah dan ridho, dan saya memohon kepada-Mu untuk sikap sederhana di waktu miskin dan kaya” ( H.R. Nasai dari Amar bin Yasir, no: 1304 dan dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani di kitab Shohih Jami no : 1301, 1/279 ).

Maka rasa takut kapada Allah, lawan dari menuruti hawa nafsu, karena rasa takut mencegah perbuatan tersebut (menuruti hawa nafsu). Sebagaimana firman Allah : Artinya : “Dan adapun orang yang takut akan kedudukan Robnya, dan mencegah dirinya dari hawa nafsu“.( Q.S. 79 ;40 )

Sikap sederhana diwaktu miskin dan kaya, lawan dari rasa ambisi yang ditaati. Berkata benar diwaktu marah dan ridho, lawan dari rasa takjub (bangga) seseorang dengan dirinya. Apa yang dikatakan oleh As-Shiddiq sangat jelas, karena sesungguhnya Allah berfirman : (aaikum anfusakum) artinya: pegang teguhlah dan sibuklah dengan diri kalian. Dan termasuk dalam kemashlahatan diri, mengerjakan apa yang diperintahkan kepadamu, baik perintah (yang harus dikerjakan) atau larangan (yang harus ditinggalkan). Dan berfirman : Artinya : “Orang yang sesat tidak akan membahayakanmu apabila kamu mendapat petunjuk (hidayat) ” ( Q.S. 5;105 ).

Hidayah itu akan terwujud, bila Allah ditaati dan kewajiban ditunaikan, baik berupa perintah atau larangan dan yang lainnya. Di dalam ayat tersebut di atas, terdapat beberapa faidah yang agung:

Pertama : Hendaknya seorang mukmin tidak takut terhadap orang-orang kafir dan munafik, karena mereka itu tidak akan membahayakannya, selama dia telah mendapat petunjuk.

Kedua : Janganlah dia bersedih dan gelisah terhadap mereka, sebab kemaksiatan mereka tidak akan membahayakannya apabila dia telah mendapat petunjuk. Sebab bersedih terhadap apa yang tidak membahayakan merupakan hal yang sia-sia. Kedua makna ini disebutkan dalam firman Allah : Artinya : ” Dan bersabarlah dan tiada kesabaranmu kecuali dengan Allah, dan janganlah kamu bersedih terhadap mereka dan janganlah kamu merasa sempit terhadap tipu daya yang mereka ” ( Q.S. 16;127 ).

Ketiga : Hendaknya seorang mukmin tidak cenderung kepada mereka dan tidak menujukan pandangannya (tertarik) kepada apa yang mereka miliki dari kekuasaan, harta dan syahwat, seperti firman Allah : Artinya : ” Janganlah sekali-kali kamu menujukan pandanganmu kepada kenimatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu ) dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka “. (QS;15;88). Maka Allah melarang Nabi Muhammad saw untuk bersedih terhadap mereka dan mengharapkan apa yang mereka miliki disatu ayat, dan melarangnya untuk bersedih serta takut kepada mereka di ayat yang lain. Karena, kadang-kadang seseorang itu merasa sedih dan merasa takut kepada mereka, baik disebabkan karena rasa harap atau rasa cemas.

Keempat : Janganlah melampaui batas yang telah disyariatkan terhadap pelaku maksiat, dengan sikap berlebih-lebihan dalam membenci dan menghina, atau melarang dan menghajr ( mengisolir ) atau menghukumi mereka. Akan tetapi dikatakan kepada orang bersikap yang melampaui batas terhadap mereka itu, ” Uruslah dirimu sendiri, orang yang sesat tidak akan memudoratkanmu, selama kamu telah mendapat petunjuk”. Sebagaimana firman Allah : Artinya : ” Dan janganlah sekali kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu “(Q.S: 5;8 ). Dan firman Allah : Artinya : ” Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang yang melampaui batas” (QS:2;190) Dan firman Allah : Artinya: “Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu) maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim“. (QS:2;193).

Maka sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang melakukan amar maruf nahi mungkar, kadang-kadang melampaui batas ketentuan-ketentuan Allah, mungkin disebabkan kebodohan dan mungkin pula disebabkan kezoliman. Permasalahan ini seseorang wajib tatsabbut ( selektif / berhati-hati ) baik dalam mengingkari orang-orang kafir, munafik, fasiq atau maksiat.

Kelima : Hendaklah dia melaksanakan amar maruf nahi mungkar dalam batas yang disyariatkan yaitu berilmu, lemah-lembut, sabar, dan niat yang baik serta menempuh jalan tengah (meletakkan sesuatu pada tempatnya). Karena hal tersebut masuk di dalam firman Allah (alaikum anfusakum) uruslah diri kamu dan di firman Allah (idza ihtadaitum) jika kamu mendapatkan petunjuk.

Lima point ini disimpulkan dari ayat di atas, bagi siapa yang diperintahkan untuk amar maruf dan nahi mungkar. Di dalam ayat tersebut juga terdapat makna yang lain, yaitu; perhatian seseorang terhadap mashlahat dirinya sendiri, dalam segi ilmu dan amal serta memalingkan dirinya dari hal yang tidak bermanfaat, sebagaimana yang dikatakan oleh sohibus-syariah ( Rasulullah saw ): Artinya : ” Merupakan baiknya islam seseorang meninggalkan apa yang tidak ia butuhkan” (H.R. Ahmad di Musnadnya dari Hasan bin Ali , dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani di Shohih Al Jami no: 5911, juz : 2/1027).

Apa lagi banyaknya hal yang tidak penting, yang tidak dibutuhkan oleh seseorang dari urusan agama orang lain dan dunianya, terutama apabila pembicaraan tersebut karena hasad dan kedudukan (kepemimpinan). Begitu juga dalam beramal, mungkin orang yang melaksanakannya melampaui batas dan zolim, atau bodoh dan berbaut sia-sia. Alangkah banyaknya amalan yang digambarkan syeitan seakan-akan dia melakukan amar maruf dan nahi mungkar serta jihad di jalan Allah, padahal sebenarnya perbuatan tersebut merupakan kezoliman dan tindakkan yang berlebih-lebihan (melampaui batas).

Oleh karena itu, merenungkan ayat tersebut di dalam masalah ini, merupakan hal yang paling bermanfaat bagi seseorang. Apabila anda memperhatikan perselisihan yang terjadi di kalangan umat ini ; ulama, ahli ibadah, dan penguasa serta pemimpin mereka, anda akan menemukan, kebanyakan termasuk dalam jenis ini, yaitu: kezoliman yang disebabkan karena takwil atau bukan takwil. Seperti orang Jahmiyah, zolim terhadap ahli Sunnah dalam masalah sifat Allah dan Al quran ; seperti, bencana yang menimpa Imam Ahmad dan lainnya. Seperti Rafidhoh (syiah) selalu zolim terhadap ahli sunnah . Seperti Nashibah (orang membenci Ali) zolim terhadap Ali dan Ahli baitnya (keluarga dan keturunannya). Seperti Musyabbih (orang yang mengatakan sifat Allah seperti sifat makhluk) zolim terhadap munazzih (orang yang mensucikan Allah dari sifat yang serupa dengan sifat makhluk). Seperti sebagian Ahli sunnah kadang-kadang zolim, mungkin terhadap sebagian mereka, dan mungkin terhadap sejenis ahli bidah, dengan melebihi apa yang telah diperintah Allah, yaitu tindakan yang berlebih-lebihan, yang disebutkan dalam firman Allah : Artinya : ” Ya Robb kami ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami..” (Q.S. 3 : 147).

Di samping sikap melampaui batas (tindakan yang berlebih-lebihan) ini,terdapat kelalaian yang dilakukan oleh yang lain terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka, dari kebenaran atau amar maruf dan nahi mungkar dalam seluruh aspek. Alangkah baiknya apa yang dikatakan sebagian salaf: ” Tidaklah Allah memerintahkan suatu urusan, kecuali syeitan menghalanginya dengan dua perkara : -dia tidak menghiraukan apapun dari dua perkara itu yang akan dilakukannya- ghulu (berlebih-lebihan) dan takshir (kelalaian). Maka orang yang membantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan sama dengan orang yang tidak membantu dalam perbuatan baik dan takwa. Orang yang melakukan yang diperintahkan dan melebihi (apa yang diperintahkan padahal itu) dilarang, sama dengan orang yang meninggalkan yang dilarang dan sebagian yang diperintahkan. Semoga Allah menunjuki kita kepada jalan yang lurus. Tiada punya dan kekuatan kecuali dengan Allah.

(Diambil dari majmu’ fatawa, jilid 14 hal : 479-483) Hail, Selasa, 4-4-2000 Islamic Dawa & Guidance Center P.o.Box. 2843 Hail K.S.A Imam Ahmad berkata, “Siapa yang tidak menomor-empatkan Ali bin Abi Thalib dalam khilafah, maka kalian jangan mengajak bicara dan menikahkannya.” (Thabaqatul hanabilah, Ibnu Abi Ya’la 1/45).

MemilihTeman yang Bisa Membawa ke Surga

Pertemanan (friendship) merupakan sebuah makna signifikan yang mesti ditarsirkan ulang. Makna dari “teman baik” berbeda dari satu orang ke yang lainnya. Sebagian orang meyakini bahwa teman baik adalah seseorang yang dapat dipercaya dan menjadi tempat untuk menceritakan semua rahasia. Sementara yang lain mendefinisikannya sebagai seseorang yang setia menemani baik ketika sedih maupun bahagia.

Kendati opini tentang definisi teman bervariasi, namun semuanya relatif benar. Dan jika kita meletakkan berbagai pandangan itu bersama-sama, maka semuanya bisa membentuk sebuah definisi sebenarnya tentang teman yang baik. Namun sejatinya masih terdapat sebuah makna signifikan dan peran dari sahabat baik yang sangat penting dalam perspektif Islam. Yaitu seseorang yang membantu kita untuk lebih dekat kepada Allah, membuat kita menjadi lebih patuh dan taat kepada perintah dan ajaran-Nya, serta memberi keuntungan positif untuk umat.

Kriteria Teman Baik Menurut Islam

Jika demikian, apa sih sebenarnya kriteria teman yang baik dalam Islam? Pikirkan sejenak tentang teman-teman kalian, dan biarkan saya bertanya, “Bagaimana kalian memilih teman? Apa peran teman-teman dalam kehidupan kalian? Apakah teman hanya semata-mata untuk pergi bareng dan bersenang-senang?” Jika kalian mengamini semua pertanyaan di atas, maka ada baiknya berpikir ulang dan mencoba untuk memahami makna serta peranan teman yang shaleh. Teman bukan sekadar seseorang yang bisa diajak untuk menikmati waktu bersama. Peranan teman ternyata lebih dalam dari sekedar berbagai sudut pandang yang dangkal.

Seorang teman bisa membantu kalian melakoni amalan-amalan hebat yang memicu pahala dan surga. Di sisi lain, teman juga bisa menghalangi dirimu dari perjalanan menuju surga. Pengaruh teman terhadap diri kalian sungguh luar biasa, bahkan melebihi anggota keluarga. Inilah mengapa begitu penting untuk berhati-hati memilih teman.

…Teman bukan sekadar seseorang yang bisa diajak untuk menikmati waktu bersama. Seorang teman bisa membantu kalian melakoni amalan-amalan hebat yang memicu pahala dan surga…

Hal-hal penting yang harus kalian pikirkan ketika memilih teman adalah kedekatan mereka kepada Allah. Kalian bisa tahu kedekatan tersebut bukan hanya dari penampilan mereka. Tapi juga melalui tingkah laki, tabiat, akidah, dan tindak-tanduk mereka.

Teman yang sepanjang waktunya memikirkan bagaimana caranya menggapai pahala, bisa dekat dan menggapai keridhaan Allah melalui tindakannya adalah teman yang bisa kalian percaya. Jalinlah persahabatan dengannya.

Jika kalian tidak shalat, tidak pernah berpuasa, gemar bergosip, atau kalian tidak memiliki peran aktif dalam masyarakat, maka sudah seharusnya kalian memiliki teman-teman yang mampu memperbaiki perilaku dan sikap kalian menjadi lebih baik. Alangkah buruknya jika kita memiliki teman yang justru memperburuk moral, sikap, dan bahkan akidah kita.

Karena teman-teman berperangai buruk bisa mendorong kalian untuk melakukan tindakan-tindakan yang buruk juga. Berbohong, merokok, kecanduan narkoba, dan bahkan berzina adalah hal-hal yang merupakan hasil buruk dari teman-teman yang berperangai buruk. Seorang teman mengatakan, “Teman-teman memiliki dampak nyata terhadap diri seseorang, dan bahkan mereka bisa mempengaruhi keseluruhan hidup seseorang.”

Sementara itu, teman-teman yang shaleh bisa memberikan pengaruh positif bagi kehidupan kalian; membuat hidup menjadi lebih baik dunia dan akhirat. Sebagai contoh, teman yang memiliki aktivitas dalam derma bisa mendorong kalian untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatannya. Hal demikian lebih baik daripada kalian menghabiskan waktu melakukan hal-hal tidak bermanfaat atau sesuatu yang haram bersama teman-teman berkelakuan keji. Teman-teman yang baik bisa menemani kalian untuk mengunjungi panti asuhan, menghadiri halaqah pembelajaran Al-Qur’an, atau menghabiskan waktu untuk hal-hal bermanfaat lainnya. Bahkan, selain bermanfaat, semua itu juga bernilai pahala di sisi Allah.

…Sementara itu, teman-teman yang shaleh bisa memberikan pengaruh positif bagi kehidupan kalian; membuat hidup menjadi lebih baik dunia dan akhirat…

Bahkan dalam kondisi penuh keceriaan dan kegembiraan pun, segala sesuatunya bisa berbeda jika kita lakukan bersama teman yang baik. Dia senantiasa mengingatkan kalian untuk selalu memperbarui niat karena Allah di mana pun dan kapan pun. Selain itu, teman yang baik senantiasa mendorong kalian untuk menjaga harga diri atau menjaga ibadah-ibadah yang dianjurkan, sehingga keindahan Islam selalu terukir di hati kalian.

Hal ini terjadi dengan Iman Asy-Syarif, seorang muslimah berkewarganegaraan Mesir berusia 25 tahun. Iman melakukan perjalanan ke Denmark tak lama setelah kasus kartun Nabi Muhammad merebak, untuk mengubah citra buruk Islam di sana. Apa yang mendorong Iman untuk melakukan sesuatu demi memperbaiki citra muslim?

Iman menerangkan, “Salah seorang teman saya mendorong saya untuk melakukan sesuatu demi umat. Sejak itu mulailah saya membaca banyak bacaan tentang Islam. Lalu saya ambil bagian untuk mengenalkan Islam kepada orang-orang non-muslim. Sejujurnya, saya tidak bisa mengenyampingkan peran teman yang telah membantu saya untuk melakukan hal-hal positif.”

Jelas, dengan teman-teman yang baik dan shaleh, kalian bisa melakukan hal-hal positif yang menguntungkan Islam dan kaum muslim. Kalian pun menjalani kehidupan yang bebas dari egoisme, kesedihan, kebencian, dan kegelisahan yang terjadi jika berteman dengan teman-teman yang buruk.

Kalian mungkin tidak merasakan dampak langsung dari teman-teman terhadap diri kalian. Tapi jika kalian mau berpikir secara lebih dalam, kalian akan mendapatkan bahwa teman memiliki pengaruh yang dahsyat, kendati kalian mengklaim bahwa kalian memiliki karakter dan kepribadian kuat. Inilah mengapa kalian mesti memilih teman secara bijak, karena teman bisa mengubah hidup kalian secara keseluruhan, baik positif maupun negatif.

Karena alasan demikian, Nabi Muhammad pernah bersabda, “Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)

Dari Anas, dia menuturkan, Rasulullah SAW bersabda, ”Dan perumpamaan teman duduk yang baik itu bagaikan penjual minyak wangi kasturi, jika minyak kasturi itu tidak mengenaimu, maka kamu akan mencium bau wanginya. Dan perumpamaan teman duduk yang jelek adalah seperti tukang pandai besi, jika kamu tidak kena arangnya (percikannya), maka kamu akan terkena asapnya.” (HR. Abu Dawud).

…Carilah sedikitnya seorang teman baik dan shaleh yang bisa menjadi batu loncatan bagi kalian menuju surga…

Menjadi sangat penting bagi kita untuk memahami hadits di atas yang mengindikasikan dampak teman terhadap kehidupan seseorang, dan pentingnya memilih teman-teman yang baik. Maka pikirkanlah baik-baik. Dan bahkan jika semua teman kalian adalah teman yang berkelakukan buruk, maka Allah akan mengampuni, jika kalian mau bertobat. Carilah sedikitnya seorang teman baik dan shaleh yang bisa menjadi batu loncatan bagi kalian menuju surga.

sumber : [ganna pryadha/voa-islam.com]

Previous Older Entries